Patung Sphinx Agung Mesir di Giza dikenal luas sebagai peninggalan sejarah Mesir kuno yang kehilangan hidungnya. Fenomena ini juga terjadi pada berbagai patung peninggalan sejarah Mesir kuno lainnya. Banyak teori yang mencoba menjelaskan penyebab hilangnya hidung ini. Salah satu teori yang populer adalah ledakan meriam yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte saat melawan Inggris. Namun, ada juga teori yang menyebutkan bahwa erosi dan gangguan manusia memiliki peran penting dalam peristiwa ini.
Teori Penyebab Hilangnya Bagian Hidung Pada Patung Peninggalan Mesir
Hilangnya Hidung akibat Erosi
Ahli sejarah Mesir kuno percaya bahwa erosi menjadi penyebab utama hilangnya hidung pada berbagai patung peninggalan tersebut. Kondisi geografis Mesir yang kering dan berpasir menjadi faktor yang berperan dalam erosi. Angin kencang, pergeseran lumpur dan bukit pasir, serta jarangnya hujan di daerah ini menyebabkan erosi yang signifikan.
Selain itu, patung-patung ini terletak di ruang terbuka, yang membuat mereka rentan terhadap kerusakan akibat erosi. Bahan pembuatan patung tersebut, seperti marmer dan batu, juga relatif halus, sehingga lebih mudah terkena erosi dalam jangka waktu yang lama.
Namun, beberapa orang skeptis terhadap teori erosi ini. Meskipun erosi dapat menjelaskan hilangnya anggota tubuh seperti lengan dan kaki pada beberapa patung, kehilangan hidung yang tebal seperti pada Sphinx Agung seharusnya tidak terjadi secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan lain untuk memahami fenomena ini.
Gangguan Manusia sebagai Penyebab Hilangnya Hidung
Beberapa ahli sejarah, seperti Theodoros Karasavvas, seorang alumni pascasarjana Sejarah Hukum dari University of Pisa, berpendapat bahwa hilangnya hidung pada patung-patung tersebut disebabkan oleh tindakan vandalisme manusia. Dalam hal ini, dinasti-dinasti Mesir berikutnya diyakini sering merusak patung raja masa lalu untuk menghapus atau mengurangi warisan mereka. Penghilangan hidung pada patung dapat diartikan sebagai usaha untuk merusak penampilan dan merendahkan simbol kekuasaan masa lalu.
Sejarah Mesir kuno mencerminkan peradaban di mana seni digunakan sebagai representasi realitas. Karasavvas menjelaskan bahwa gambar-gambar pada patung tersebut memiliki kemampuan untuk mengandung esensi manusia atau dewa, serta memberikan perlindungan dan bantuan di akhirat.
Perusakan terhadap peninggalan sejarah Mesir kuno juga terjadi pada saat kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam. Misalnya, ada versi lain yang menyebutkan bahwa hidung Sphinx Agung hilang karena dirusak oleh seorang Muslim Sufi bernama Sa’id al-Su’ada pada abad ke-14. Sa’id al-Su’ada melakukan tindakan tersebut karena petani setempat memberikan persembahan kepada Sphinx Agung, yang bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya.
Baca Juga : Benarkah Priramida di bangun Oleh Alien?
Teori Lainnya
Selain vandalisme sebagai bentuk penghancuran, terdapat teori lain yang memiliki kelemahan yang cenderung lemah. Beberapa ahli berpendapat bahwa hilangnya hidung pada patung-patung tersebut merupakan upaya untuk menyembunyikan fakta bahwa kebudayaan Mesir kuno memiliki akar dari budaya Afrika. Teori ini menganggap bahwa upaya meniadakan hidung pada patung tersebut merupakan tindakan rasialis dari masa lampau terhadap Mesir, dengan mengabaikan ciri-ciri hidung yang menyerupai orang Afrika.
Sebagai contoh, seorang seniman dan arkeolog Prancis bernama Vivant Denon mengunjungi Sphinx Agung Mesir pada tahun 1798 dan mengamati bahwa fitur wajah monumen itu memiliki akar dari kebudayaan Afrika. Namun, teori ini memiliki kelemahan yang sama dengan kasus patung-patung peradaban lain seperti Yunani dan Kekaisaran Romawi yang memiliki kulit putih. Patung-patung dari kebudayaan kulit putih juga mengalami kehilangan hidung, mirip dengan nasib patung-patung dalam sejarah Mesir kuno. Oleh karena itu, rasialisme bukanlah alasan yang tepat untuk menjelaskan fenomena ini.
Kesimpulan
Hilangnya hidung pada patung-patung peninggalan sejarah Mesir kuno menjadi misteri yang terus menarik minat para ahli. Meskipun terdapat berbagai teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini, seperti erosi dan vandalisme manusia, belum ada konsensus yang diterima secara universal. Kemungkinan, berbagai faktor yang saling berhubungan seperti erosi, kerusakan akibat tindakan manusia, dan perubahan sosial-politik pada masa lalu berperan dalam kehilangan hidung pada patung-patung tersebut.
Perlu penelitian dan penggalian lebih lanjut untuk mengungkap sepenuhnya alasan di balik hilangnya hidung ini. Namun, satu hal yang pasti, patung-patung tersebut tetap menjadi saksi bisu dari kejayaan dan peradaban Mesir kuno, serta memicu rasa ingin tahu dan apresiasi kita terhadap warisan sejarah yang berharga.
Nikmati sensasi kenikmatan vaping dengan liquid vape EMKAY Frizz Happy Sour. Pesan sekarang dan temukan kelezatan baru setiap hirupan!